Yesus Gembala yang Baik.

Senin, 06 April 2009

KASIH AGAPE MENGAMPUNI MUSUH


Sang Ayah
Dennis anak terkecil dari sembilan bersaudara. Ayahnya pengacara ternama dan memimpin sendiri sebuah kantor pengacara. Ayahnya merupakan figur yang dikagumi Dennis sehingga ia pun menempuh pendidikan hukum dan ingin menjadi seorang pengacara. Setelah lulus ia pun bekerja di kantor ayahnya. Dengan kepandaiannya ia cepat menjadi tangan kanan sang ayah. Namun kepandaiannya menyisakan tanda tanya dalam hatinya. Ia bukan orang percaya kepada Yesus seperti sang ayah.
Ayahnya sungguh sosok yang mengagumkan. Selain berhasil mengelola kantor pengacara ternama, ia juga orang murah hati dan mau menolong orang yang kurang mampu. Banyak dari karyawannya yang mendapat pertolongan darinya. Ia mempercayai para karyawannya dan tidak pernah memeriksa pembukuan. Banyak orang yang datang ke kantornya untuk meminta uang dan pertolongan kepadanya. Ia melayani mereka. Dennis yang melihatnya merasa hal ini tidak sehat dan segera ia pun memprotes sang ayah. Ayahnya dengan tersenyum bijaksana menjawab,”Nak, banyak sukacita dalam memberi.” Ia mengambil Alkitabnya dari meja dan membaca,”Lebih terbekati memberi daripada menerima.” Kemudian ia membuka beberapa halaman usang dan membaca,”Apa yang kamu perbuat bagi saudaramu yang paling hina ini sama halnya dengan perbuatanmu kepadaKu.” Sambil meletakkan Alkitab, ayah Dennis melanjutkan, “Apabila Ayah sedang menolong orang lain, entah secara rohani maupun keuangan, maka sebenarnya Ayah sedang melakukannya untuk Tuhan. Jika engkau melihat sukacita di wajah orang-orang yang telah Ayah tolong, jika engkau mengetahui bagaimana hidup mereka telah diubah menjadi kehidupan rohani yang lebih baik karena bantuan keuangan, tentu engkau pun akan mengubah sikapmu.” Namun demikian, Dennis tetap tidak percaya.

Awal Mula Kebencian
Waktu cepat berlalu, akhirnya Dennis menjadi pengacara kondang. Saat sang ayah pensiun, kantornya diteruskan oleh Dennis. Berbagai kiat ayahnya mengelola kantor diteruskannya. Ditambah kepandaiannya, kantornya terus berkembang menjadi semakin besar. Hanya satu kegiatan sang ayah yang tidak diikuti yakni pemberian kasih kepada orang yang kurang mampu. Suatu kali ia memeriksa pembukuan kantornya. Ia sangat terkejut ketika mendapati bahwa salah seorang bawahan ayahnya yang sangat dipercaya telah menggelapkan uang perusahaan. Hatinya seketika terbakar panas amarah. Tidak pernah dibayangkan Max, karyawan tersebut, melakukan hal itu karena Max pernah ditolong oleh sang ayah. Ia ingin membunuh atau setidaknya memenjarakan Max. Namun mengingat Max adalah orang yang dipercaya sang ayah, akhirnya ia mempersilahkan Max untuk mengundurkan diri dan ia tidak pernah mau melihat Max lagi. Ia sangat benci dan dendam kepadanya. Peristiwa ini tidak pernah diberitahukan kepada sang ayah.

Diubahkan dan Memulai Kehidupan Baru
Tak lama kemudian sang ayah menderita sakit keras karena stroke. Seluruh anggota keluarga berkumpul dan berdoa bersama. Mereka semua Kristen kecuali Dennis yang kekerasan hatinya telah memisahkannya dari Tuhan. Namun melihat sang ayah yang sangat disayanginya terbaring sakit menunggu ajal, Dennis digerakkan saudara perempuannya untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Kasih merupakan kekuatan yang akhirnya menghancurkan benteng Dennis. Dengan senyum dan tepuk tangan ayahnya yang sudah lama berdoa agar ia diubahkan, sambil menangis Dennis berdamai dengan Tuhan dan berlutut di samping tempat tidur ayahnya. Seorang Kristen baru telah lahir ketika yang lain berpulang ke rumah surgawi. Hari itu hari yang menyedihkan sekaligus hari sukacita. Dennis telah menyerahkan hidupnya dalam tangan Yesus Kristus.
Kembali ke kantornya, Dennis memulai kehidupan baru sebagai seorang Kristen. Rekan-rekan sekerjanya melihat perubahannya. Dennis yang dulu sangat penuntut, telah menjadi rekan yang menyenangkan. Mereka bertanya-tanya apa yang telah terjadi dengan Dennis dan mengubahnya. Itulah Yesus! Saat membaca Alkitab ayahnya , ia sangat takjub mendapatkan bagian Alkitab berbicara tentang menjadi ciptaan baru. Tuhan menunjukkan kepadanya untuk membuang semua hal dan cara-cara lama jika ia ingin menjadi orang yang dikehendaki Kristus. Ia kemudian belajar. Dulunya, ia seorang yang sombong dan kaku, tetapi kini ia menjadi bijaksana dan mengasihi keluarganya maupun orang-orang di kantornya. Dulu ia menomorsatukan pekerjaan dan tidak segan melakukan apa saja tanpa mengindahkan waktu untuk memenangkan kasus hukumnya dan berakibat serangan jantung, sekarang ia menyerahkan semuanya kepada Tuhan dibanding dirinya sendiri. Dennis menjadi serupa dengan sang ayah termasuk dalam membagikan uang kepada orang miskin yang dulu ditentangnya mati-matian.

Mengampuni Musuh
Sebuah pelayanan baru dimulai. Kantornya dipenuhi traktat dan Alkitab. Ia menghadiri berbagai konferensi kristiani untuk mempelajari Firman Tuhan dan menjadi manusia yang dikehendaki Kristus. Akhirnya secara rohani , Dennis telah bertumbuh dewasa. Namun, masih ada sesuatu yang perlu diselesaikan yakni kebencian dan dendamnya terhadap Max. Selama ini ingatannya terhadap kejahatan Max tidak pernah berhenti. Dennis ingin terus berjalan dalam berkat anugerah Allah, tetapi jika hal itu mengakibatkan ia harus berbuat sesuatu untuk Max, ia tidak sudi.
Namun Firman Tuhan terus menerangi seluruh sudut hatinya yang masih gelap. Akhirnya ia menyerahkan kebenciannya kepada Allah dan ia pun minta ampun atas kebenciannya terhadap Max. Ia minta Allah melepaskan kebencian tersebut. Tuhan pun berbicara dalam hatinya untuk pergi mencari Max dan meminta ampun kepadanya. Segera ia pun tawar-menawar dengan Tuhan. Ia akan dianggap bodoh oleh Max karena yang berdosa adalah Max, bukan dia. Namun segera terlihat dalam benaknya, “Karena sekalian manusia telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.” Ia pun segera sadar atas dosa dan kebencian serta pandangannya terhadap perbuatan Max. Hanya mujizatlah yang membuat Dennis melakukan perintah Allah yang kelihatannya tidak mungkin itu. Dengan kekuatannya sendiri tak mungkin hal itu ia lakuan. Ia pun berdoa meminta kepada Allah agar menaruhkan kasihNya dalam dirinya agar ia mampu mengasihi Max dan melepaskan kebenciannya terhadap Max.
Max sendiri telah pindah ke bagian lain kota Massachusetts. Max tetap berprofesi sebagai pengacara. Sudah dua kali Dennis pergi ke kantor Max, namun ia tidak memiliki keberanian bertemu Max untuk meminta pengampunan. Ketigakalinya, ia berdiri tegak dengan iman seusai doa yang meminta kasih agape. Ia pun memasuki lift menuju kantor Max. Ia dipersilahkan duduk oleh sekretaris Max. Ia menunggu selama 15 menit dan itulah waktu terpanjang dalam hidupnya dalam menunggu seseorang. Setelah klien Max pulang, Dennis langsung menuju ruangan Max. Saat mata mereka bertemu pandang, keduanya terpaku diam. Mulut Max ternganga karena terkejut, namun akhirnya ia berseru, “Dennis, apakah yang sedang kaulakukan di sini?” Dennis pun menjawab,”Max, saya membencimu bertahun-tahun ini karena perbuatanmu terhadap ayah saya dengan pencurian uang yang telah kaulakukan. Sebenarnya, saya ingin sekali membunuhmu karena hal itu.”
“Dennis engkau baik sekali terhadap saya. Engkau sebenarnya dapat memenjarakan saya.” Sahut Max. “Tuhan menaruh kasihNya dalam hati saya untukmu, Max. Dan Saya datang ke mari pada hari ini untuk memohon agar mengampuni saya yang telah membencimu selama bertahun-tahun.” Wajah Max memerah dan air mata membanjiri matanya. “Tidak Dennis” katanya terputus-putus, “bukan saya yang harus mengampuni engkau, melainkan justru sayalah yang seharusnya engkau ampuni.” Air mata mengalir turun dari wajah keduanya ketika mereka saling memaafkan dengan diliputi oleh kasih Alah. Sejak itu, kesembuhan dan berkat melimpah dalam kehidupan Dennis. Ia merasa ringan dan bebas karena kasih agape Allah mengambilalih kelemahannya, mengajarkan pengampunan yang telah ditunjukkan Yesus di kayu salib.

Disusun ulang OPH dari Buku
Mujizat Kasih Agape, Memulihkan Hubungan yang Retak
oleh Joseph F. Manning

Tidak ada komentar:

Posting Komentar