Pembelaan
Rasional Bagi Injil
Di Philadelphia pada akhir tahun 1920-an , seorang
remaja memutuskan bahwa ia tidak memerlukan Tuhan. Ia telah mencoba ke gereja,
namun gereja tidak memberi jawaban yang ia harapkan.
Setelah beberapa lama hidup sebagai seorang agnostik
(orang yang berpandangan bahwa kebenaran tertinggi tidak dapat diketahui dan
mungkin tidak akan dapat diketahui), ia memutuskan untuk membaca Alkitab,
dimulai dari Kitab Kejadian. Ia ingin menguji sendiri, apakah Allah itu
benar-benar ada. Dalam waktu enam bulan, ia pun diyakinkan bahwa Allah itu
nyata dan Alkitab itu adalah Firman yang diwahyukan bagi manusia. Pada tahun
1930, Francis August Schaeffer yang berusia delapan belas tahun berdoa menerima
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.
Sejak hari itu, selama lebih dari lima puluh tahun,
Schaeffer berkomitmen untuk memberitakan Injil dan membelanya secara rasional.
Ia menjadi salah satu pemikir dan ahli apologetika terkemuka pada abad ke-20.
Dua puluh empat buku yang ia tulis telah diterjemahkan ke dalam lebih dari dua
puluh bahasa. Pesan pokok yang Schaeffer sampaikan : Firman Allah adalah
satu-satunya penuntun yang manusia perlukan untuk menafsirkan masa lalunya dan
menyelesaikan persoalan-persoalan masa kini.
Ketika Schaeffer lulus dari Faith Theological
Seminary tahun 1938, Amerika Serikat tengah menghadapi berbagai persoalan
sosial dan keagamaan yang baru dan membingungkan. Gerakan injili terancam oleh
ideologi liberal, yang berpendapat bahwa Alkitab itu bukan sumber kebenaran yang dapat
diandalkan. Ia dan istrinya Edith yang dijumpainya dalam sebuah acara debat di
gereja, sama-sama tergugah oleh
kesempatan untuk menyampaikan pembelaan bagi doktrin-doktrin konservatif.
Mendirikan
L’ABRI
Sebagai seorang pendeta dari sejumlah gereja di
Pennsylvania dan Missouri, Schaeffer sedih menyaksikan kompromi yang
berlangsung di banyak denominasi Protestan. Kemudian, pada akhir tahun 1940-an,
ia berkeliling Eropa sebagai utusan American Council of Christian Churches. Betapa
terkejutnya ia ketika menyaksikan bahwa kebutuhan rohani di benua itu jauh
lebih besar. Ia pun pindah ke Swiss untuk melayani kaum muda.
Scaeffer mendirikan pelayanan Children for Christ
pada tahun 1948 di Lausanne. Ia memiliki tiga orang putri , dan Schaeffer
mengenal dengan baik tantangan-tantangan untuk mengajar anak muda. Selain itu,
ia terus berkeliling, memberi kuliah serta mempelajari sejarah dan filsafat.
Pada tahun 1951, hati Schaeffer menjadi gelisah. Ia
tidak yakin kalau Allah sedang menuntunnya, an ia mempertanyakan
keyakinan-keyakinannya. Ia mengenang,
“Saya merasakan beban yang sangat kuat untuk berdiri bagi kekristenan
historis, dan bagi kemurnian gereja yang kelihatan. Saat saya memikirkan
kembali alasan-alasan saya menjadi orang Kristen, saya kembali melihat ada
alasan yang sepenuhnya memadai untuk mengetahui bahwa Allah yang berpribadi dan
tidak terbatas itu benar-benar ada dan kekristenan itu benar.”
Namun , apakah cara terbaik untuk menjangkau budaya
yang begitu tertutup terhadap firman Allah? Schaeffer tergugah untuk memulai
langsung di tempatnya berada , di Swiss. Pada tahun 1955, ia secara resmi
membuka vila kecil mereka di Huemoz sebagai “pondok” pengajaran yang kokoh.
Siapa saja boleh datang dan menyimak analisis Kitab Suci yang menggugah
pemikiran. Tempat peristirahatan dan pencarian rohani ini dikenal sebagai
L’Abri (tempat perlindungan).
Sepanjang tahun 1950-an, dan khususnya 1960-an,
ketika kaum muda banyak menggugat otoritas dan “kaum mapan”, L’ABRI dikunjungi
oleh ribuan orang. Bagaimana mereka menjalankannya? Edith Schaeffer
menjelaskan, “Kami berdoa agar Tuhan membawa orang-orang yang Ia pilih.....
mengirimkan dana yang kami perlukan untuk menunjang semuanya ini, dan membuka
rencanaNya bagi kami.”
Mereka memang harus membayar harga yang sangat mahal
dengan membuka pintu rumah ini. Francis mengenang, “Kira-kira dalam tiga tahun
pertama menjalankan L’Abri, semua kado pernikahan kami terkuras habis.
Permadani kami berlubang-lubang bekas terbakar.
Ada tirai yang nyaris terbakar seluruhnya karena ada orang yang merokok
di ruang keluarga kami ....Narkoba masuk ke tempat kami. Orang-orang yang
muntah di kamar-kamar kami.”
Pendeta dan penulis Dr. Harold Brown mengatakan,
“Pada mulanya dampak teologis L’Abri tidak berlangsung secara
institusional..... namun secara tidak langsung melalui orang-orang yang
dijumpai oleh keluarga Schaeffer,
kehidupan mereka kemudian diubahkan.”
Kembali
ke Amerika Serikat
Tuhan terus menyingkapkan maksud-Nya. Pada tahun
1968, Schaeffer menerbitkan dua buku pertamanya, Escape From Reason dan The God
Who Is There. Di situ ia mengupas bagaimana filsafat-filsafat lain gagal untuk
menyodorkan jawaban yang memadai bagi masalah-masalah riil di dunia ini. Secara
bertahap, karya yang telah dikembangkan oleh Schaeffer selama bertahun-tahun
ini pun mulai dikenal, khususnya di Amerika Serikat.
Pada tahun 1973, Mahkamah Agung Amerika Serikat
mengeluarkan keputusan atas kasus Roe vs Wade, yang membuka pintu bagi
legalisasi aborsi. Inilah faktor utama yang mendorong Schaeffer untuk kembali
ke Amerika. Dalam buku How Should We Then Live?, Schaeffer membahas
masalah-masalah pokok yang menyebabkan merosotnya penghargaan terhadap nilai
kehidupan manusia ini.
Schaeffer kerap dikritik oleh orang-orang non-Kristen
namun juga oleh orang-orang Kristen yang cemas oleh pendiriannya yang tegas,
berani, dan konsisten dalam menerapka Alkitab tersebut. Profesor Dr. Gene
Veith, Jr. Berkomentar,”Schaeffer memperlihatkan bahwa kekristenan ortodoks...
cukup kuat untuk menantang gagasan-gagasan sekuler.”
Pengaruh Schaeffer sangat luas dan menjangkau
kalangan yang beragam seperti Jack Sparks, penggerak Jesus People; musisi Larry
Norman dan Mark Heard; politisi Jerry Falwell, Pat Robertson, Jack Kemp, Chuck
Colson, Randall Terry, C Everett Koop, Cal Thomas, OJ Brown, Os Guinness,
Thomas Morris, Clark Pinnock, dan Ronald Wells.
Ketiga Schaeffer didiagnosis terkena kanker pada
tahun 1981 dengan kemungkinan masa hidup hanya tinggal enam bulan, ia tidak
berhenti bekerja. Tuhan memberinya tiga tahun lagi, dan ia terus aktif dalam
pengajaran dan pelayanan . Penyakitnya, dengan pengobatan yang berkepanjangan
dan sering menguras tenaga, justru membukakan kesempatan baginya untuk
berbicara kepada kalangan medis nasional.
Schaeffer meninggal di rumahnya pada tanggal 15 Mei
1984 Presiden Ronald Reagan mengatakan, “Jarang kita bisa mengatakan bahwa
kehidupan seseorang telah menyentuh banyak kehidupan lainnya dan mempengaruhi
mereka untuk menjadi lebih baik. Namun tentang Dr. Francis Schaeffer, kita dapat
mengatakan bahwa kehidupannya telah menyentuh jutaan jiwa dan membawa mereka
kepada kebenaran tentang Pencipta mereka.”
Dimuat di Bahana,
September 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar