Berita Yamari, Edisi 54, 2010
Yayasan Marturia Indonesia, Jakarta
Billy berusia 17 tahun pada saat seorang bekas petinju
bayaran yang telah berubah menjadi penginjil, datang ke kota Charlote. Mordecai
Ham, seorang penginjil yang berapi-api dan suka menunjuk orang-orang yang
berdosa secara langsung.
Pemimpin-pemimpin Gereja di kota Charlote menganggap
Mordecai Ham sebagai pengganggu. Mereka menolak permintaan izinnya untuk
membangun sebuah tenda. Namun dengan pertolongan orang-orang awam, bekas
petinju itu memasang tenda tepat di luar batas kota. Ia mengadakan kebaktian
kebangunan rohani (KKR) selama beberapa minggu di kota tersebut.
Billy adalah seorang pemuda tinggi ramping, berambut
ikal, dan pirang, setiap Minggu pergi ke gereja bersama orang tuanya yang
saleh. Ia tidak merokok maupun minum-minuman keras. Walaupun ayahnya seorang
pendukung kuat Mordecai Ham, Billy tidak bersusah-susah menghadiri sebelumnya,
karena ada hal-hal lain yang harus dilakukannya.
Pengunjung Kebaktian Kebangunan Rohani itu cukup
banyak bagi kota Charlote -- 5.000 orang. Orang-orang berkata bahwa itu
merupakan jumlah terbesar yang pernah dialami penduduk Negara Bagian Carolina.
Billy dan temannya di SMA berjalan melewati jalan kecil di antara deretan
bangku dan duduk di bangku yang keras.
Khotbah yang disampaikan pengkhotbah berbadan besar
itu sangat tidak berkesan bagi Billy, sampai pengkhotbah itu mengacungkan jari
menunjuk ke arah Billy serta berteriak, "Kamu berdosa." Billy yang
selalu siap menangkap bola tidak siap untuk main tangkap-tangkapan dengan
pengkhotbah itu. Ia menundukkan kepalanya yang berambut pirang dan bersembunyi
di belakang topi seorang wanita di depannya.
Dua malam kemudian Billy datang lagi, membawa seorang
teman, namanya Albert McMakin. Selama beberapa malam seterusnya, kedua orang
itu hadir bersama-sama. Penginjil yang berapi-api itu terus meyakinkan Billy
bahwa ia harus memilih sorga atau neraka.
Pada suatu malam Billy membawa seorang teman lain,
Grady Wilson. "Mari kita duduk di bagian paduan suara," usul Billy,
walaupun ia tahu ia tidak dapat menyanyi. Maka kedua orang itu duduk di belakang
mimbar (tempat paduan suara), selamat dari pandangan pengkhotbah yang suka
memukul mimbar itu.
Mordecai Ham tidak menunjukkan jarinya kepada Billy
malam itu, namun demikian Billy mendapat pukulan dari khotbahnya pada saat
pengkhotbah itu berkata, "Malam ini, ada orang yang sangat berdosa di
sini."
Ia mengatakan tentang saya, pikir Billy. Seseorang
pasti telah memberi tahu dia bahwa saya ada di sini. Pengkhotbah itu mengakhiri
khotbahnya dan memberi undangan bagi orang-orang yang mau bertobat. Billy menahan
napasnya pada saat paduan suara itu mulai menyanyi. Setelah menyanyi sebentar,
ia tidak dapat bertahan lagi. "Ayo, Grady," ia berkata kepada
temannya.
Kedua orang itu turun dari paduan suara dan berdiri di
depan. Mengingat keputusannya, Billy berkata, "Hal itu seperti tinggal di
luar pada hari yang gelap dan sinar matahari menembus melalui lapisan awan.
Segalanya tampak berbeda. Untuk pertama kalinya, saya merasakan sukacita
dilahirkan kembali."
Sejak malam yang penuh kenangan pada tahun 1936 itu,
Billy Graham telah berkhotbah kepada lebih banyak orang daripada almarhum
Pendeta Mordecai Ham, orang yang telah membimbingnya kepada Kristus.
Sebenarnya, ia telah berkhotbah kepada lebih banyak
orang, secara langsung, daripada pengkhotbah-pengkhotbah lainnya dalam sejarah,
lebih dari dua puluh juta orang. Namun demikian, yang lebih penting lagi, ia
telah meyakinkan puluhan ribu orang bertobat dan bertelut kepada Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar