Jarum jam sudah
merangkak ke angka setengah dua belas malam. BAHANA sudah terkantuk-kantuk di
lobby hotel Plaza Jogja. Untuk mengusir kantuk dan rasa bosan, kami
bertiga-Wawan, Xavier, dan Bintang-bercanda. Lalu masuklah mobil van di
pelataran parkir. Di antara rombongan tamu itu, tampak sosok pria yang menonjol
karena ganteng, berkulit putih, sedikit kemerah-merahan. Dialah yang ditunggu-tunggu
BAHANA.
"Wah, maaf.
Lama sekali ya nunggunya?" kata pria ini dengan lafal yang agak cadel. Ari
baru saja memberi kesaksian dalam acara KKR di kabu-paten Klaten, Jawa Tengah.
Ari yang sekarang,
berbeda dengan Ari yang dulu. Pria penggemar warna hitam ini telah mengalami
perubahan hidup yang drastis semenjak dia mengenal Kristus. Dia tinggalkan sama
sekali kehidupan lamanya yang bergelimang dengan dosa seksual dan
penyalahgunaan obat. Kini, dia memiliki kerinduan yang menyala-nyala untuk
membagikan pengalaman rohaninya kepada kaum muda.
Ari bercerita,
ketika di Klaten ada beberapa remaja non-Kristen yang menghadiri KKR karena
mengagumi Ari. "Mungkin awalnya mereka datang ke acara itu karena tertarik
pada saya. Tidak apa-apa. Yang penting, setelah pulang mereka sudah mengenal
Kristus," kata penggemar surfing di internet ini.
Pria yang dulunya
pemalu ini, berubah menjadi bergairah ketika mendapat kesempatan berbicara
tentang Kristus. Hal ini tampak ketika Ari diundang Christ Mission Ministry
dalam acara talk show di Jogja. Dia menjawab pertanyaan dari pemandu acara
secara blak-blakan. Dia tidak segan-segan membeberkan perilaku berdosanya
sebelum mengenal Kristus, supaya tidak ditiru anak muda. Bahkan ketika pemandu
acara akan mengakhiri talk show itu, dia menyela, "Kita menyewa tempat ini
sampai jam berapa?" "Sampai jam 12 siang," jawab panitia. Ari
melirik arlojinya. "Lho, ini masih jam sepuluh. Ayo, kita lanjutkan
lagi," ajak Ari yang disambut dengan tepuk meriah dua ratusan anak muda.
Tidak Sengaja Jadi
Artis
Kariernya di dunia
entertainment, dimu-lai de-ngan tidak sengaja. Waktu itu, dia hanya menjemput
kakaknya, Ira Wibowo, dari latihan menari. Lalu ada seseorang yang melihat dia.
Orang ini sedang mempersiapkan fashion show, tapi kekurangan model cowok. Dari
situlah, pintu po-pularitas mulai terbuka bagi Arie. Bintangnya mulai bersinar
terang ketika Ari remaja menyabet gelar "Cowok Cool dan Seksi" yang
diadakan oleh Radio Prambors. Di dunia hiburan ini, Ari sebenarnya tidak hanya
bermodal wajah ganteng. Dia juga berbekal ilmu bela diri yang prima. Buktinya,
pemegang ban merah ini pernah menduduki pe-ingkat III, dalam kejuaraan
Taekwondo seJakarta (1986). "Waktu itu sebenarnya saya agak curang ...
soalnya sebenarnya saya masih ban putih, tapi saya 'paksa' memakai ban biru
supaya bisa ngikutin kejuaraan itu!" ungkap Ari dengan tersenyum,"latihan
saya saat itu memang sangat keras. Tapi setelah itu nggak pernah ikutan
kejuaraan lagi."
Kombinasi antara
tubuh atletis, ganteng dan kemampuan beladiri menjadikan dirinya salah satu
bintang sinetron laga terdepan. Setidaknya penggemar novel fiksi karya Jeffrey
Archer ini telah membintangi 13 judul sinetron, 5 film layar lebar, dan 2 album
lagu bersama grup Cool Colors plus puluhan bintang produk iklan. Termasuk pula,
sinetron yang melambungkan namanya, yaitu Tersanjung, Jacky dan Harga Diri.
Tiga penghargaan pun disabetnya, yakni sebagai "Bintang Artis Terfavorit
pilihan Pemirsa dan Pembaca Cek & Ricek (2000) dan "Pria favorit"
Panasonic Awards (1998 & 2000).
Tiga Kali
Kecelakaan Fatal
Ari Wibowo
dilahirkan di Berlin, 26 Desember 1970 dari pasangan Wibowo Wirjodiprojo dan
Sibylle Ollmann. Bersama kakaknya, Ira Wibowo, dia dibesarkan di negara Jerman.
Ketika berumur 10 tahun, Ari Wibowo kecil mendapat pengalaman rohani yang
menakjubkan. Ketika itu dia masih duduk di kelas 4 SD di Jerman. Setiap kali
ada mata pelajaran agama, karena yang diajarkan agama Kristen, maka murid yang
beragama non-Kristen boleh memilih: ikut pelajaran atau bermain-main di luar.
Biasanya, Ari memilih keluar kelas dan bermain-main dengan tiga temannya. Suatu
ketika, sekolahnya mengadakan kebaktian di gereja. Kali itu, Ari merasa jika
bermain di luar, rasanya terlalu lama. Karena itu, dia memutuskan ikut
kebaktian saja. Dia sengaja duduk di bangku paling belakang dan mengikuti
ibadah itu sampai usai. Akan
tetapi saat dia
hendak pulang melewati pintu gerbang gereja, dia merasakan suatu sukacita dan
damai sejahtera yang luar biasa. "Saya tidak bisa melukiskan perasaan itu
dengan kata-kata," ucap Ari dengan nada suara bergetar, "sebagai
bocah berumur sepuluh tahun, baru kali itu saya merasakan bahwa Tuhan itu
sayang pada saya."
Karena orangtuanya
bercerai, Ari dan Ira mengikuti ayahnya pulang ke Indonesia. Di sini, Ari
pernah mengalami kecelakaan fatal sampai tiga kali. Mengingat kembali peristiwa
itu, Ari masih heran mengapa dia masih bisa selamat dari kecelakaan yang
mengerikan itu. Belakangan, dia baru mengerti bahwa Tuhan memang sedang mencari
dan memanggil dia. Pada saat Ari sedang berada di puncak kariernya sebagai
selebritis, anehnya dia justru tidak bisa menikmatinya. Dia merasakan
kekosongan jiwa. "Mengapa saya merasa begini-gini saja, ya," tanya Ari
dalam hati. Dia lalu ingat pengalaman masa kecilnya dan tiga kali kecelakaan
fatal itu. Ari berkata pada diri sendiri,"Pasti ada sesuatu yang Tuhan
kehendaki pada saya."
Sejak saat itu, Ari
menerima Kristus sebagai Juruselamatnya. Namun selama tiga tahun per-tama, Ari
mengakui dia hanya menjadi Kristen suam-suam kuku dan tidak mengalami perubahan
hidup. Dia mengakui masih melakukan dosa seksual bersama pacarnya dan memakai
obat terlarang. Jika mobilnya dipepet orang lain, dia masih suka mengumpat. Hingga
suatu malam, tepatnya pukul 3 pagi dia dibangunkan Tuhan. Dalam keadaan sadar,
dia mendengar ada suara yang berkata: 'Amsal 1:7.' Begitu membaca ayat itu, Ari
merasakan tamparan Tuhan. Dia merasa selama ini sudah beribadah secara rutin
dan memakai simbol-simbol Kristen. Namun perilakunya memang masih seperti orang
dunia. Semua itu ternyata dianggap sebagai kebodohan oleh Tuhan. Sejak saat
itu, Ari bertobat. Secara ajaib, Ari lalu dipertemukan Tuhan dengan Pdt. Cimona
Susilo, yang kemudian menjadi Bapa rohaninya. Dia juga diperkenalkan dengan
Franky Sihombing, Pdt. Gilbert Lumoindong, Jimmy, dan Sisil, dan pastor Dave
dari International English Service. Merekalah yang membangun dasar kerohanian
Ari. Atas usul Pdt. Cimona, Ari lalu mengadakan Bible Study setiap hari Rabu di
rumahnya. Perkumpulan ini sudah berlangsung selama dua tahun, dan diikuti oleh beberapa
artis.
Sebelum bertobat,
meski sudah Kristen, tetapi Ari masih berhubungan seksual dengan pacarnya.
'Toh, saya melakukannya dengan pacar saya,' pikirnya ketika itu. "Waktu
itu saya memang masih bodoh," kenang Ari sambil tersenyum. Saat Ari
bertekad meninggalkan dosa seksual, ternyata pacarnya belum bisa mengikuti
langkahnya. Padahal dia orang Kristen. Lama-kelamaan, Ari mulai gelisah, lalu
berdoa:"Tuhan, saya lebih sayang kepada Engkau daripada sayang sama dia.
Saya ingin memutuskan hubungan kami, tapi tolong supaya saya bisa ngomong
dengannya dan tidak menyakiti hatinya." Esok malamnya, Ari sudah siap ngomong,
tetapi pacarnya menyela duluan. "Ari, sebaiknya hubungan kita diakhiri saja.
Imanku belum sekuat, imanmu," kata pacarnya. Ari pura-pura terkejut, tetapi
hatinya bersorak, "Yes. Thank You, Lord. You are the greatest!"
Setelah itu, Ari
berpacaran dengan wanita Indo-jerman, cantik dan Kristen. Setelah ena bulan pacaran, Ari berkunjung ke rumah
orangtua pacarnya di Jerman. Di sana, Ari disuruh tidur sekamar dengan
pacarnya. Tetapi Ari memilih tidur di kamar kakak pacarnya yang kosong. Sekembali
mereka di Jakarta, pacarnya berkata kepada Ari, "You know what, Ari,you
are only a half man". Ari terkesima mendengar kata-kata itu. "Benarkah
aku ini bukan laki-laki sejati?" tanya Ari dalam hati. Kebimbangannya ini
tidak bertahan lama setelah dia mendengar nasihat pendetanya: "It takes a
real man to say 'no'" .
Menurut Ari, pemuda
Kristen perlu menjaga integritas. Maksud integritas di sini, adalah orang
Kristen yang tidak mau berbuat dosa meskipun orang lain tidak melihat.
Integritas ini ditumbuhkan dengan membaca Alkitab secara teratur. "Setiap
hari saya mendisiplinkan diri membaca Alkitab selama satu jam," kata Ari.
Dari situ Ari bisa lebih mengenal Tuhan. Ari ingin banyak orang Kristen juga
teratur baca Alkitab. Untuk itu, Ari rela merogoh koceknya guna mencetak buku
panduan membaca Alkitab selama setahun. Buku yang ada foto dan tanda tangannya
ini dibagikan secara gratis.
Tolak Laga, Iklan
Rokok dan Miras
Ada harga yang
harus dibayar ketika Ari melakukan perubahan hidup. Semenjak pertobatannya, dia
memutuskan meninggalkan sinetron laga (action) dan menolak membintangi iklan
rokok dan minuman keras. Dia punya beban moral terhadap anak- anak yang mudah
terpengaruh dengan kekerasan yang disajikan di televisi. "Lebih baik saya
berhenti dari action dan hanya menerima sinetron drama saja," ujar
Ari. Menurutnya,
kekerasan di TV itu tidak mencerminkan ajaran kasih.
Keputusannya ini
banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa kecilnya. Ari mengaku sangat takut pada
laba-laba besar (arachnaphobia), gara-gara semasa kecil pernah menonton film
"Arachnaphobia." Tayangan itu sangat membekas di ingatannya hingga
kini. Demikian juga, keputusannya mempelajari Taekwondo dan bermain di laga
sangat dipengaruhi oleh film Karate Kid yang pernah ditontonnya.
Ari sebenarnya
sudah siap kehilangan penghasilan dan popularitas akibat keputusaannya itu.
"Tetapi Tuhan itu baik. Semenjak saya menerima Yesus, semenjak hidup saya
mulai berubah, semenjak saya memberi persembahan persepuluhan, yang namanya
popularitas itu tidak menurun. Saya malah diberkati Tuhan dengan
berlimpah-limpah. Saya tidak pernah kekurangan. Ikut Tuhan itu tidak pernah
rugi," ujar Ari dengan berbinar-binar.
Malam sudah larut.
Ari kelihatan sudah letih. Beberapa tamu di lobby hotel, berbisik-bisik sambil
sesekali melirik ke arah Ari Wibowo, "Hey, itu 'kan Ari!" Mereka lalu
menghambur menghampiri Ari. Seperti biasa, Ari melayani penggemarnya dengan
ramah. Pria ini memang dikenal sangat rendah hati. Dia ingin menunjukkan kasih
Kristus melalui perilaku hidupnya sehari-hari. Termasuk dalam melayani
penggemar.
Ari Wibowo
Nama lahir Arianto
Wibowo
Lahir 26 Desember 1970 (umur 41)
Berlin, Jerman
Jenis Musik Pop
Pekerjaan aktor,
penyanyi, model
Tahun aktif 1987
- sekarang
Perusahaan rekaman HP
Record
Terkait dengan Cool
Colours
Hubungan Ira
Wibowo (kakak)
Pasangan Inge
Anugrah
Anak Kenzo Wibowo, Marco Wibowo
Orang tua Wibowo
Wirjodiprojo dan Sibylle Ollmann
Agama Kristen Protestan
Arianto Wibowo atau lebih dikenal dengan Ari Wibowo
(lahir di Berlin, Jerman, 26 Desember 1970; umur 41 tahun) adalah aktor yang
mengawali kariernya sebagai peragawan dan foto model yang beragama Protestan.
Adik Ira Wibowo dan paman dari Richard Kevin ini juga pernah bergabung dengan
kelompok vokal Cool Colours yang anggotanya terdiri dari Ari Sihasale, Surya
Saputra, dan Johandy Yahya, sekaligus menggantikan posisi Teuku Ryan dalam grup
tersebut. Sempat menyandang sabuk merah taekwondo membawanya membintangi sinetron
laga seperti Deru Debu dan Jacky.
Bungsu dua bersaudara pasangan Wibowo Wirjodiprojo dan
Sibylle Ollmann ini lahir di Jerman dan baru tinggal di Indonesia sejak umur 10
tahun. Ari menikah dengan Inge Anugrah pada tanggal 7 Juli 2006 di hotel Four
Season Jakarta. Dari perkawinan tersebut, keduanya dikaruniai seorang anak,
Kenzo Wibowo yang lahir pada 2 Februari 2008.
Perkenalan pertama Ari dengan dunia hiburan adalah
pada usia 17 tahun saat ditawari untuk memperagakan karya perancang dunia
tersohor dari Prancis, Pierre Cardin, di Hotel Hilton Jakarta. Setelah itu,
berbagai tawaran untuk pemotretan mengalir deras. Ari laris jadi peragawan,
model foto, dan bintang iklan majalah. Tak lama kemudian datang tawaran untuk
membintangi sebuah film layar lebar.
Dalam debut layar lebarnya, Ari langsung mendapat
peran utama sebagai Valen dalam film karya Bobby Sandy berjudul Valentine
(1989) dan dipasangkan dengan pemain-pemain yang sudah mendapat tempat di hati
remaja saat itu, seperti Sophia Latjuba, Dian Nitami, Karina Suwandi, dan
Thomas Djorghi. Empat tahun berikutnya, Ari membintangi empat film lagi, yaitu
Pengantin (1990), Aku Rindu (1991), Pesta (1992), dan Si Manis Jembatan Ancol
(1993).
Saat industri film nasional 'pingsan', Ari beralih ke
produksi layar kaca. Sinetron pertamanya adalah Keluarga van Danoe Wiryo
(1993). Tak puas dengan perannya sebagai anak manja dari orang tua Indo-Belanda
yang kaya raya, Ari menerima tawaran bermain dalam sinetron laga Deru Debu.
Baru sepuluh episode, Ari beralih ke sinetron laga Jacky sebagai Jacky.
Beberapa sinetron laga yang kemudian dibintanginya seperti Perjalanan serta
Darah dan Cinta menahbiskan Ari sebagai aktor laga. Ari yang tak puas dengan image-nya
sebagai aktor laga kemudian bermain dalam berbagai sinetron drama seperti Cinta
Berkalang Noda, Tersanjung, Terlanjur Sayang, dan Badai Pasti Berlalu.
Tak puas di jalur akting, Ari pun merambah dunia tarik
suara dengan bergabung di kelompok vokal Cool Colours bersama dengan Ari
Sihasale, Surya Saputra, dan Johandy Yahya. Album yang pernah dirilis bersama
Cool Colours adalah Satu Yang Pasti (1999).
Ari menekuni karate sejak usia 7 tahun. Setelah
beberapa tahun tinggal di Indonesia, Ari beralih ke taekwondo dan sempat meraih
juara 3 pada Kejuaraan Tae Kwon Do se-Jakarta. Padahal saat itu ia yang masih
sabuk putih, dihadapkan dengan pemegang sabuk merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar