Manna Surgawi 120811
Budaya instan sudah menjamur dan efek buruknya adalah
orang tidak sabar lagi untuk menjalani sebuah proses yang dapat memberi dua
dampak positif : hasil yang maksimal dan terbentuknya karakter yang gigih.
Seorang professor memasuki kelas untuk melaksanakan
Ujian Akhir Semester (UAS). Dalam kelas ia mengajukan suatu tawaran istimewa
kepada para mahasiswa yang mengikuti
kelasnya. “Siapa yang mau mendapat nilai C dalam mata kuliah ini harap angkat
tangan. Kamu tidak perlu mengikuti ujian, saya akan langsung memberikanmu nilai
C,” katanya dengan wajah tersenyum tapi serius. Awalnya hanya satu tangan yang
terangkat, tetapi tidak berapa lama kemudian cukup banyak tangan yang teracung.
Kira-kira setengah dari mahasiswa memilih untuk tidak mengikuti ujian hari itu
dan puas mendapat nilai C. Setelah para mahasiswa yang mendapat nilai C keluar
dari ruangan, si professor membagikan lembaran kertas kepada mahasiswa yang
masih tinggal di kelas. Ia meletakkannya di meja mereka dan meminta mereka
tidak membaliknya sebelum ia memberi aba-aba. Kemudian professor itu memberi
aba-aba untuk membalik kertas yang ada di meja mereka. Di lembaran ujian itu
tertulis kalimat singkat,”Selamat, Anda baru saja mendapatkan nilai A.” Profesor itu kemudian memberi
selamat kepada mereka karena tidak mau menerima nilai rata-rata. Sikap yang
tidak mau menerima sesuatu secara instan akan membawa kita melangkah untuk
melakukan hal-hal yang lebih besar dan bermakna dalam hidup ini.
Mengapa kebanyakan orang memilih untuk mendapatkan
hasil yang biasa-biasa , yang bisa diperoleh tanpa perjuangan yang keras?
Mungkin karena takut untuk memulai dan takut gagal. Seorang bijak berkata,”Jangan
buang waktumu dengan menangisi susu yang tumpah, sementara si sapi masih hidup,
kembalilah dan perah sapimu lagi.” Artinya, kegagalan adalah hal yang lumrah,
kalau gagal maka kita harus terus mencoba dengan semangat yang baru. Mengambil
jalan pintas yang mudah dan menerima keadaan biasa-biasa saja saat seharusnya
berusaha membangun potensi diri, tidaklah bijak. Timothy L. Griffith berkata, “Mereka yang berhasil tidak hanya tegar hati, mereka
juga pekerja keras yang percaya kepada kemampuan dirinya.” Orang yang
menanamkan dalam hatinya baghwa tidak ada kata-kata tidak bisa dalam hidupnya,
terlebih karena Tuhan menyertai langkah-langkahnya, pasti akan terus mencoba
meraih impian-impian dalam hidupnya.
Di atas semua sikap mental positif yang kita bangun,
sertakanlah Tuhan Yesus dalam setiap rencana kita. Dengan doa yang tidak putus,
iman yang teguh, dan perkenanan Tuhan atas langkah-langkah kita, apa pun yang
kita kerjakan niscaya akan membuahkan hasil. “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang
menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang
diperbuatnya berhasil.” (Mazmur 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar