Manna Surgawi 290112
Eric Liddel adalah seorang berkebangsaan Skotlandia.
Dia adalah seorang pelari yang kemudian menjadi seorang misionaris. Dalam
bidang olahraga lari, bisa dibilang dia cukup berprestasi. Pada Olimpiade di
Paris tahun 1924, Eric memenangkan medali perunggu dalam cabang lari 200 meter
dan medali emas dalam cabang lari 400 meter. Ada satu hal yang menarik untuk
diperhatikan pada Olimpiade di Paris. Saat itu , Eric membuat keputusan yang
sangat mengejutkan. Dia menolak untuk berlomba di arena lari 100 yard, padahal itu
cabang spesialisasinya. Alasannya, perlombaan tersebut diadakan di hari Minggu.
Eric berpegang teguh bahwa hari Minggu adalah harinya Tuhan. Untuk itu dia
harus beribadah. Keputusan Eric mendapat kritikan tajam dari banyak orang.
Mereka menuduhnya tidak nasionalis. Tetapi, Eric tetap teguh pada keyakinannya.
Dalam sebuah tulisannya dia berkata, “Tanyalah pada dirimu sendiri : kalau saya
mengetahui sesuatu adalah kebenaran , apakah saya siap untuk mengikutinya,
walaupun hal tersebut bertentangan dengan keinginan saya, atau berlawanan
dengan apa yang saya percaya sebelumnya? Apakah saya akan mengikutinya walaupun
banyak orang akan menertawakan saya, atau akan menyebabkan saya rugi secara
materi, atau menyebabkan saya menderita kesusahan?” Ternyata keteguhan Eric
untuk menghormati Tuhan itu mendapat balasannya. Sang pelatih memberinya
kesempatan untuk tetap mengikuti lomba lari di olimpiade itu. Hanya saja kali
ini lari nomor 400 yard. Itu bukanlah cabang spesialisasinya. Setelah
mempersiapkan diri dengan baik, Eric mengikuti lomba tersebut. Sebelum
perlombaan itu dimulai, salah satu pelatihnya memberkan kertas kecil berisi
kutipan dari 1 Sam 2:30, “Siapa yang menghormati Aku, akan Kuhormati’. Semoga
berhasil dan selamat berjuang.” Pelatih tersebut benar, Eric memenangkan medali
emas untuk cabang itu.
Keteguhan Eric pada keyakinannya untuk menghormati
Tuhan tidak berhenti ketika dia memutuskan untuk meninggalkan dunia olahraga.
Dia memutuskan untuk menjadi misionaris ke Tiongkok. Hidupnya sempat terancam
ketika Jepang menyatakan perang dengan Inggris. Namun, Eric tidak bersedia
meninggalkan Tiongkok. Pada tanggal 21 Februari 1945 Eric meninggal dunia
karena tumor ganas di kepalanya. Sekarang orang mengenang Eric sebagai pribadi
yang menghormati Tuhan dalam semua sisi kehidupannya.
Menghormati Tuhan itu banyak wujudnya, namun intinya
adalah menempatkan Tuhan sebagai yang layak menerima yang terbaik. Bila kita
mau beribadah, sediakan waktu yang terbaik. Bila kita berkata, katakana sesuatu
yang memuliakan Tuhan. Bila kita bertindak, lakkan sesuatu yang membuat Tuhan
dikenal dan dihormati orang. Bila kita bekerja, bekerjalah seperti untuk Tuhan.
Kembangkan karunia yang Tuhan percayakan kepada kita. Sembah dan puji Dia
dengan segenap keberadaan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar