http://www.terangku.net/2011/04/kesaksian-mantan-dukun-santet-daud-tony.html
Nama
saya Daud Tony, di antara lima bersaudara, laki semua, saya adalah anak
nomor dua yang memiliki kelahiran Sabtu Pahing. Sabtu Pahing itu adalah
weton Jawa, weton paling tinggi dan keramat. Karena itulah saya dipilih
oleh kakek dan nenek saya untuk mewarisi ilmu mereka. Kebetulan saya
waktu itu sakit juga, kejadiannya karena dianiaya oleh guru SD saya.
Sama kakek, saya disembuhkan tapi dengan syarat saya harus jadi
muridnya. Menjadi anak angkatnya dia langsung untuk menjadi pewaris ilmu
terakhir. Karena kakek nenek buyut saya mengalami susah mati kalau
ilmunya belum diturunkan.
Untuk
mengalahkan rasa takut saya, saya ditunjukkan ilmunya dia, yaitu ilmu
menghilang dan ilmu pindah tempat. Waktu saya lihat itu, saya kagum,
“Wah, hebat juga nih. Kalau punya ilmu kaya gini, enak juga nih.”
Akhirnya saya tertarik.
Untuk
belajar ilmu itu saya harus lewati ujian, saya harus lewat kuburan
dulu. Tempat gelap yang tidak ada unsur cahaya. Yang diajar mentalnya
dulu, dia (kakek saya) hanya melihat dari jauh. Waktu saya disuruh
melakukan itu, walau saya masih umur 9 tahun, saya ngga takut. Jadi
waktu saya belajar ilmu itu, lihat setan sudah biasa. Karena temannya
setan.
Untuk
belajar ilmu itu saya harus melakukan berbagai ritual. Ritualnya itu
ada yang tujuh hari tidak makan dan tidak minum, yang susah itu di hari
pertama dan kedua. Tapi kalau hari pertama dan kedua sudah jadi, hari
ketiga dan selanjutnya itu sudah gampang.
Pertama
yang saya belajar itu aji tapak banyu, jadi ini ilmu mengambang di atas
air. Tahap dasar ilmu ini adalah menyatu dengan alam, untuk bisa
mempelajari ilmu selanjutnya harus bisa mempelajari ilmu yang pertama
ini dulu.
Ada
saat-saat tertentu saya dibawa keperbukitan, dan kegunung itu sudah
pasti. Tujuh hari harus puasa mutih, dan kalau makan tidak boleh pakai
tangan.
Tidak
hanya dari kakek, saya juga belajar ilmu hitam dari nenek, yaitu
membunuh dari jarak jauh. Ada ritual darah, yaitu dengan mengorbankan
binatang. Waktu itu saya diberitahu, kalau tidak ingin melukai diri
sendiri harus membunuh orang. Tapi saya tidak mau, jadi lebih baik saya
melukai diri sendiri. Darah saya curahkan, dan darah itu dipersembahkan
juga.
Untuk melengkapi itu dipasang susuk untuk kebal senjata. Waktu itu saya masih ingat, jarum emas sama tembaga.
Nenek saya bilang, “Kamu harus makan.”
“Gimana cara makannya nek?”
“Kamu yakin saja..”
Sejak
kecilkan saya punya sugesti, saya yakin guru saya tidak akan
mencelakakan saya. Waktu saya makan, tenggorokan saya sampai dada saya
terasa sakit sekali. Dan tiba-tiba, jarum itu seperti berjalan mengikuti
gerakan jari telunjuk guru saya. Karena ilmu santet saya, banyak orang
yang datang minta bantuan saya. Terutama pejabat, untuk mengerjai
pejabat yang lain. Tapi saya punya batas, tidak membunuh. Saya hanya
membuat orang setengah mati saja, hidup tidak matipun tidak.
Waktu
itu saya mempelajari ilmu terakhir, Pemengkang Jagat. Kalau saya pukul
orang dalam jarak 50 meter, orang itu langsung mati. Itu ilmu santet
tingkat tinggi. Ilmu itu punya pantangan tidak boleh menikah, tidak
boleh menyentuh wanita, itulah yang paling berat. Ritualnya pun yang
paling berat dari semua yang pernah saya jalani. Untuk mengusai ilmu itu
butuh waktu beberapa bulan.
Tujuan
saya belajar semua ilmu tersebut waktu itu cuma ingin jadi orang nomor
satu saja, saya ingin jadi orang yang tanpa tanding. Tapi ketika guru
saya meninggal dunia, saya mulai kehilangan arah. Saya ingin mencoba
kesaktian saya, tapi saya tidak mau dengan orang biasa. Jadi mulai saat
itu saya mulai pergi ke dukun-dukun untuk bertarung dengan mereka. Waktu
itu diberbagai tempat di tanah Jawa ini saya kunjungi dan saya kalahkan
dukun-dukun itu. Jika ditanya rasa takut, tentu itu ada. Pertama takut
ada orang yang tahu kelemahan saya, yang kedua takut kutukan yang akan
datang.
Hingga
suatu hari saya dibujuk oleh saudara saya untuk mengikuti KKR. Yang
berkotbah di KKR itu adalah Pendeta Gilbert. Dia berkata kalau orang
Kristen tidak bisa disantet, tidak bisa dimantra-mantrai dan tidak bisa
diguna-gunai. Jadi saya coba, saya santet saat itu juga, tapi tidak
mempan. Tiba-tiba Pendeta Gilbert ngomong, “Bagi saudara-saudara yang
memiliki jimat-jimat atau dukun sekalipun, maju ke depan. Kami undang
untuk ke altar call.”
Saya
bingung, altar call itu apa? Tak kira tempat adu ilmu. Ngga tahunya
malah di doain. Tujuan saya itu untuk bertarung, bukan untuk di doain.
Disitu saya tantang Gilbert bertarung.
“Saya tantang kamu bertarung..!”
”Besok pagi silahkan Anda datang kemari..”
Saya
langsung pulang, dan malam hari itu saya susah tidur. Besok paginya
saya datang jam delapan pagi, disana pendeta-pendeta sudah nungguin
saya. Saya bertarung dengan Pendeta Gilbert bukan jarak jauh, jarak
dekat satu meter, muka dengan muka. Seperti mukul langsung, bukan alam
roh lagi.
Saya
pukul, mental balik ke saya. Benteng pertahanan saya hancur, sampai
keluar serbuk tembaga dan emas dari mulut saya. Bahkan waktu itu saya
muntah darah, tapi Gilbert hanya bilang, “Halleluya.. Halleluya..
Halleluya..” sama bahasa roh gitu. Saya juga bingung, itu bahasa apa.
Setiap saya pukul, mental..
Waktu
itu, menjelang jam dua belas siang saya bilang sama dia, “Ini ilmu
terakhir saya. Kalau saya kalah, saya berguru sama kamu. Kalau saya
menang, kamu mati.”
Gilbert
ngomong, “Silahkan.” Saya langsung rapal ilmu Mamengkang Jagat. Sekali
pukul, batu berjarak 50 meter hancur. Saya konsentrasi baca mantranya,
lalu saya buka mata. Saya lihat dari tubuh Pendeta Gilbert keluar cahaya
terang. Disitu saya grogi, mau maju atau tidak. Lalu saya ingat pesan
guru saya, “Nanti di usia delapan belas tahun, kamu akan melihat suatu
cahaya terang. Inilah yang disebut Nur Cahyo.” Tapi saya ambil keputusan
untuk maju, saya pukul tapi cahaya itu membuat saya terpental kira-kira
10 sampai 12 meter. Saya kalah, hilang ingatan selama setahun.
Waktu
saya kalah itu, semuanya gelap. Tepat satu tahun, waktu itu tahun 1993
ada cahaya datang dan langsung masuk kepala saya. Saya sembuh seketika
itu juga. Ada sebuah damai yang luar biasa di hati saya. Kemudian
terdengar suara, “Akulah Alpha dan Omega, yang awal dan yang akhir. Raja
yang adil dari timur. Aku adalah Aku, Akulah Yahwe. Lalu tiba-tiba
cahaya itu berubah menjadi Yesus Kristus. Saya ngga bisa lihat wajahnya,
hanya jubahnya dan suaranya yang berkata, “Akulah Yesus.” Disitulah
saya bertobat.
Setelah
saya sembuh, kebetulah Pendeta Gilbert ada di Solo, maka saya cari dia.
Begitu bertemu, saya cerita tentang bertemu cahaya ini. Dia ceritakan
tentang Yesus, dan memberitahu saya untuk sekolah Alkitab. Kemudian saya
sekolah Alkitab selama tiga tahun, lulus dan melayani Tuhan sampai
sekarang.
Masukkan komentar Anda... Masukkan komentar Anda... dulu alm. kakek saya seorg paranormal. Saya sbg cucu nya kok nasib saya aneh bngt? Saya spt dikutuk. Saya sial seumur hidup. Dulu saat saya msh kecil, saya sering sakit sakitan shg otak saya jadi goblok dan badan saya jadi letoy, shg saya kalau sekolah, kerja, olahraga, nyari cewek, bergaul dsb,saya sering jadi bahan ejekan org, dibodohi org, didiskriminasi org dsb. Saya di kampung halaman sering difitnah dan dijelekin tetangga, sering dibenci dan dimusuhi teman, dijauhi kerabat, dikucilkan masyarakat dsb, tanpa sebab yg jelas. Kemudian saya merantau, org2 di sana yg laki2 menghina saya, menipu saya, mencuri uang saya, menghajar saya, memfitnah saya, mengkhianati saya dsb. Yg perempuan menolak cinta saya, meremehkan saya, mempermainkan saya, mengejek saya, memanfaatkan saya dsb. Pdhl saya baik, jujur dan suka menolong. Saya kalau kerja sering dimutasi krn dianggap tdk becus bekerja. Saya kalau kerja badan gampang capek, mata berkunang, nafas sesak, dada sakit dan badan lemas. Saya terpaksa pulang kampung, saya malahan nganggur dan jomblo sngt lama sekali, lbh dari 10 thn sampai skrng, tp tdk ada yg mau menolong saya. Semakin lama rasa nya semakin sulit nyari jodoh dan rejeki krn umur semakin tua. Saya buka usaha kecil kecilan di rumah tp hasil nya tdk seberapa dan akhirnya bangkrut. Saya bolak balik ke perantauan utk nyari kerja gagal terus. Saya sdh beberapa thn agak rajin ibadah tp nasib saya tdk berubah. Kakek saya anak cucu nya bnyk yg mati saat balita. Ada yg cacat mental, ada yg sulit jodoh dan rejeki dsb. Murid kakek saya, anak nya juga ada yg cacat mental.
BalasHapus